Minggu, 18 Juni 2023

Angka Baby Blues Sangat Tinggi, Ada Apa dengan Kesehatan Mental Ibu ?



Angka Baby Blues Sangat Tinggi, Ada Apa dengan Kesehatan Mental Ibu ?

Oleh : Yuniyati


Tak jarang setelah melahirkan ibu sering mengalami perubahan suasana hati secara drastis hingga mengalami kesehatan mental, termasuk baby blues syndrom.

Baby blues syndrom ini adalah suatu kondisi tidak stabil pada ibu yang baru melahirkan. Gangguan ini ditandai dengan perilaku gelisah, mudah marah, bahkan tiba-tiba menangis.

Di Indonesia ternyata baby blues syndrom ini angkanya sangat tinggi, bahkan menurut penelitian termasuk tertinggi ketiga di Asia.


" Gangguan kesehatan mental banyak terjadi pada ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan anak usia dini." Kata Ketua Komunitas Wanita Indonesia Keren dan Psikolog Dra. Maria Ekowati.( detikcom, 26/5/2023 )

Seperti yang dilansir oleh REPUBLIKA Co. ID ( 26/5/2023 ). Gangguan kesehatan mental tinggi pada populasi ibu hamil, menyusui, dan ibu dengan anak usia dini. Bahkan di Lampung, 25 persen wanita mengalami gangguan depresi setelah melahirkan.

Fenomena ini disebabkan karena mereka sulit beradaptasi dari kehidupan sebelum dan sesudah menjadi ibu,  perubahan hormon, kurang istirahat lantaran waktu tidur yang tidak teratur, ataupun memiliki riwayat gangguan mental.


Faktor lain yang turut mempengaruhi tingginya angka baby blues adalah ketidaksiapan menjadi orang tua dan memikul tanggung jawab mengurus anak-anak mereka, terutama di sistem sekuler saat ini.

Kesiapan menjadi orang tua tentu tidak terbentuk secara instan dan tiba-tiba. Tidak cukup pula dengan pelatihan dan pembekalan pernikahan dari KUA. Ada proses panjang untuk membentuk setiap perempuan siap menjadi istri dan ibu bagi anak-anak mereka yakni proses pendidikan dari usia dini hingga dewasa.

Dalam sistem pendidikan sekuler saat ini tidak ada kurikulum yang membentuk kepribadian generasi yang siap memikul tanggung jawab atas kehidupan mereka. Justru sebaliknya, generasi hari ini seolah menjadi generasi yang bermental rapuh, diuji dengan sedikit cobaan dan musibah mereka sudah goyah, stres, dan rentan depresi.

Hal ini disebabkan karena kurikulum sistem pendidikan saat ini menjauhkan manusia dari aturan agama ( Islam ). Makna agama dipersempit pada pelaksanaan ibadah ritual semata.

Seharusnya pendidikan itu membentuk calon-calon ibu yang siap memikul beban dan tanggung jawab besar, seharusnya calon-calon ibu menyadari bahwa mereka adalah ibu arsitek peradaban yang akan melahirkan generasi penerus yang tangguh dan berkualitas. Akan tetapi, justru calon-calon ibu ini dirusak dengan pola pendidikan sekuler.


Disadari atau tidak kehidupan sekuler kapitalisme telah merenggut kesehatan mental individu. Remaja mengalami gangguan mental karena nilai-nilai sekuler liberal menjadi kiblat gaya hidup mereka. Akibatnya, banyak remaja yang mudah stres hingga depresi dalam setiap masalah yang menghampiri mereka, bahkan bunuh diri dianggap solusi terbaik.

Di sisi lain banyak ibu yang mengalami gangguan kesehatan mental akibat dari sistem ekonomi kapitalis. Bagaimana tidak, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja begitu susah. Sistem ekonomi kapitalisme juga mempersulit para ayah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ini tentunya menambah masalah para ibu sehingga para ibu tidak bisa berpikir jernih dan selalu merasa terbebani.

Maslahah baby blues syndrom sebenarnya bisa dicegah sejak dini dengan menyiapkan sistem pendidikan dan supporting system, yang dijalankan negara sebagai pembuat kebijakan.

Salah satunya adalah menerapkan kurikulum berbasis agama Islam. Tujuannya adalah untuk membetuk kepribadian Islam pada setiap individu serta membekali generasi dengan tsaqofah Islam, sehingga setiap individu akan memiliki fondasi akidah Islam yang kokoh, pandangannya tentang dunia dan akhirat jelas akan berbeda.

Para calon ibu dan ayah yang memahami peran mulia sebagai orang tua tidak akan mudah mengalami stres atau depresi dalam mengarungi ujian hidup karena mereka akan memahami bahwa anak adalah titipan sekaligus amanah dari Allah SWT. Mereka akan melakukan perannya dengan baik untuk mendidik anak-anak mereka menjadi generasi yang berkepribadian Islam.


Sistem  ekonomi Islam yang menyejahterakan akan menghilangkan stres dan beratnya beban hidup, karena negara menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat secara optimal, seperti sandang, papan, pangan, pendidikan,  kesehatan, dan keamanan. Jika ayah mendapat kemudahan mencari nafkah, ia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya dengan baik, kaum ibu tidak perlu bekerja membantu perekonomian keluarga. Para ibu bisa fokus mengasuh dan mendidik anak.

Supporting system berupa lingkungan sosial masyarakat yang islami juga harus diciptakan oleh negara dalam kehidupan masyarakat, sehingga menjadi bersih dari kemaksiatan dan akan terwujud masyarakat terbiasa beramar ma'ruf nahi mungkar, serta saling menolong dan menyayangi antar sesama.

Islam telah mimimpin perdaban dunia, banyak melahirkan tokoh-tokoh perempuan sebagai ibu yang tangguh, muslimah cerdas yang mencetak generasi cemerlang. Masihkah kita mau mengadopsi sistem kapitalisme sekuler yang terbukti kerusakan dan kegagalannya membangun generasi ? Mari kita mencontoh peradaban Islam yang  telah berhasil dan sukses.

Wallahu'alam bishshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cenna dan Limfoma

   13 Sya'ban 1436H - 12 Sya'ban 1445H Hari ahad kliwon 13 Sya'ban 1436 H atau 31 Mei 2015 anak pertama ku Muhammad Avicenna Suj...